MA & PARTNERS LAW FIRM


Founder Juris Polis Institute: Anak Muda Harus Jadi Penerjemah dari Dunia Laboratorium dengan Dunia Legislasi Serta Jembatan Sains dengan Kebijakan Publik

Moskow, Federasi Rusia, Hukum-Pedia.com - Dalam kegiatan International Youth Forum atau “Forum Pemuda Internasional” dengan tema Generation of Unity atau “Generasi Persatuan” yang merupakan bagian terintegrasi dari World Public Assembly atau “Majelis Publik Dunia” yang pertama kalinya dilaksanakan dengan tema bertajuk New World of Conscious Unity atau “Dunia Baru Kesadaran untuk Bersatu” pada tanggal 19 hingga 21 September 2025. Selain itu, kegiatan ini juga diadakan bersamaan dengan dilaksanakannya Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 dan sebagai bagian dari Hari Perdamaian Internasional pada tanggal 21 September.

Sebagai platform komunikasi seluruh organisasi kemasyarakatan dan organisasi non-pemerintah dari seluruh dunia, Athari Farhani selaku pendiri Juris Polis Institute menekankan bahwa pentingnya memastikan bahwa pendidikan dan ilmu pengetahuan dapat diakses secara adil tanpa diskriminasi, karena keduanya merupakan fondasi bagi pembangunan yang berkelanjutan melalui penguatan diplomasi pemuda lintas negara demi terciptanya dunia yang lebih inklusif dan berkeadilan.

“Sebagai mahasiswa dan praktisi, saya menyaksikan peneliti muda masih menghadapi tantangan klasik seperti pendanaan terbatas, infrastruktur yang minim, dan birokrasi yang membelenggu, sehingga riset sering terjebak pada pencapaian target administratif alih-alih menciptakan dampak sosial atau kolaborasi global. Oleh karena itu, sub tema ketiga forum ini tentang “horizon baru untuk pembangunan” menjadi relevan, di mana hukum dan tata kelola yang baik harus berperan sebagai peta navigasi yang jelas”, tutur Athari yang sekaligus juga mahasiswa S3 RUDN University ini.

Menurut dosen Fakultas Hukum di Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma ini regulasi riset dan pendidikan tinggi harus menjadi ‘hukum yang hidup’ adaptif dan responsif terhadap kebutuhan pembangunan agar mampu mendorong inovasi, bukan membunuhnya. Athari menambahkan bahwa sebagai agen perubahan dengan energi moral dan sosial, pemuda memiliki mandat untuk menjadi arsitek perubahan, bukan penonton. Dalam menghadapi tantangan global, kerja sama lintas batas pemuda kunci untuk membangun jembatan antar bangsa dan melahirkan inovasi yang membawa kemaslahatan umat manusia, termasuk transformasi pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan.

“Kita membutuhkan regulasi yang mempermudah: pendanaan riset yang sederhana dan akuntabel, kerangka hukum yang melindungi kolaborasi internasional (termasuk Intellectual Property Rights/IPR dan transfer teknologi), serta kebijakan yang mendorong riset interdisipliner untuk menjawab masalah nyata masyarakat. 

Melalui jaringan global yang kita bangun di forum ini, bersama-sama kita memastikan bahwa pendidikan dan sains menjadi fondasi kokoh bagi pembangunan global yang inklusif, berkelanjutan, dan berkeadilan. Dan, saya, mewakili Juris Polis Institute dan pemuda Indonesia dengan segala potensinya, siap untuk berperan aktif dalam menciptakan horizon baru ini”, tegas penulis beberapa jurnal hukum yang menjadi pembicara dalam sesi strategis Education and Science: New Horizons of Development atau Pendidikan dan Sains: Cakrawala Baru Pembangunan.

Adapun dalam kegiatan ini Indonesia, selain Athari, juga diwakilkan oleh Safina Lutfiah Zahro selaku Head of Indonesia BRICS+International School, Rifki Kusuma Wardana selaku Ketua Unit Penjaminan Mutu Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia (PPI Dunia) dan Ketua Asosiasi Mahasiswa Internasional di Kazan Federal University dan Teguh Imanullah selaku Ketua Badan Perwakilan KNPI untuk Federasi Rusia.

Hasil diskusi dari kegiatan ini tidak akan hilang begitu saja setelah acara berakhir. Resolusi yang dihasilkan dari hasil diskusi akan kemudian disampaikan dalam sidang-sidang pleno pada World Public Assembly atau Majelis Publik Dunia pada 21 September 2025.

World Public Assembly atau “Majelis Publik Dunia” merupaka forum tingkat dunia yang untuk pertama kalinya ini dilaksanakan mengumpulkan seluruh elemen lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi masyarakat serta organisasi non-pemerintah dari seluruh dunia untuk bertukar pengalaman konkrit serta hasilnya akan disampaikan dalam bentuk resolusi ke dalam lembaga-lembaga baik di masing-masing negara maupun organisasi multinasional.

Kegiatan ini diikuti oleh 4000 lebih peserta yang datang secara langsung dari lebih 100 negara di dunia dengan beragam tema. Tujuan dari kegiatan ini adalah memajukan pembentukan kontur baru kemitraan internasional sebagai kesatuan masyarakat yang sadar berdasarkan prinsip-prinsip tanggung jawab bersama untuk masa depan, menghormati cita-cita moral dan nilai-nilai budaya setiap orang.

Keikutsertaan Pemuda dan pemudi Indonesia di kegiatan ini merupakan bagian dari undangan World Peoples Assembly atau “Majelis Rakyat Dunia” selaku panitia penyelenggara kepada Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang diwakili oleh Badan Perwakilan KNPI untuk Federasi Rusia sebagai mitra strategis di bidang kepemudaan dari Indonesia serta diminta untuk bersinergi bersama dengan mengirimkan anak-anak muda Indonesia yang berprestasi dan berpengaruh agar dapat membagikan pikiran serta gagasan model baru dalam realitas dunia yang multipolar melalui diplomasi muda kerakyatan atau youth people’s diplomacy. (Red/YH)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url